Jumat, 11 Maret 2011
Nissan Fairlady 370Z
Oto Modif Nissan Fairlady 370Z 2010
Mazda CX-7
Oto Modif Mazda CX-7 2010
Modif Mazda CX-7, The Three Musketeer
Lancer evo IX
Oto Modif Mitsubishi Lancer Evolution IX GSR, 2005
Modif Lancer Evolution IX GSR, Black Warrior
Toyota Altis VI
Toyota Altis VI 2005
Remnants Of The Southern Style
BMW 320i
Modifikasi BMW 320i 2006
Modifikasi BMW 320i, Broken Neck Fusion
jeep Wrangler
Modifikasi Jeep Wrangler JK Unlimited Rubicon 2009
Modif Jeep Wrangler JK Unlimited Rubicon, Pertama Di Indonesia !!
Honda S2000
Modifikasi Honda S2000 2001
Modif Honda S2000, Anti Klimaks
Honda civic 1.8L
Modifikasi Honda Civic 1.8L A/T 2006Modif Honda Civic, White Knights
DATSUN p510
Modifikasi Datsun P510 Bluebird 1968
Modif Datsun P510 Bluebird, Ambisi 10 Detik !
Honda jazz RS
Modifikasi Honda Jazz RS 2009
Modif Honda Jazz RS 2009, HKS Pertama !
lancer SE-I
Modifikasi Mitsubishi Lancer SE-I 2004
Modif Mitsubishi Lancer SE-I, First Project
Great Corolla
Modifikasi Toyota Great Corolla 1994
Modif Toyota Great Corolla 1994, Nino Love
Honda CR-Z
Modifikasi Honda CR-Z 2010
Modif Honda CR-Z 2010, Hybrid Audio Pertama!
Mercedes Benz G-Klass
Modifikasi Mercedes - Benz G-Klass 280 GE 1986
Modif Mercedes Benz G-Klass, G300 + Restorasi = AWET MUDA
Honda Accord VTi-L
Modifikasi Honda Accord VTi-L 2002
Modif Honda Accord VTi-L 2002, Sadizz !
Mercedes-Benz C200
Modifikasi Mercedes-Benz C200 Kompressor 2008 & 2009
Modif Mercedes-Benz C200 Kompressor, Not An Ordinary Bodi Kit
mercedes-Benz E200
Modifikasi Mercedes-Benz E200 Kompressor 2007
Modif Mercedes-Benz E200 Kompressor, Simple And Fashionable
civic genio
Modifikasi Honda Civic Genio 1993
Modif Honda Civic Genio 1993, The (Real) Champion!
bmw 320i
Modifikasi BMW 320i 1992
Modif BMW 320i 1992, Perfect Convertion!
grand max
Modifikasi Daihatsu Gran Max 2010
Modif Daihatsu Gran Max 2010, Tak Ragu Meski Meniru
honda jazz s
Modifikasi All New Honda Jazz S A/T 2008
Modif All New Honda Jazz S A/T 2008, Akibat Godaan Mobil Konsep
toyota yaris j m/t
Modifikasi Toyota Yaris J M/T 2008
Modif Toyota Yaris J M/T 2008, Wow Tembus 373,9 dk !!!
bmw 323 is & 325 is
Modifikasi BMW 323 IS 1983 & 325 IS 1985
Kekuatan komunitas E30 Bavarian Transporter ternyata mampu memberikan titik terang bagi perburuannya selama ini. “Gua dapat kedua BMW ini dari teman di komunitas tersebut. Kondisinya bagus lagi,” tambahnya.
Asyiknya lagi, kedua E30 coupe ini ditebus dengan identitas Hartge pada tubuhnya. Yup, apalagi kalau bukan velg Hartge ukuran 16x7 inci yang timeless ini. “Gua pilih tuner Hartge karena sampai sekarang masih jarang yang pakai, beda dengan Alpina atau M-Technic yang sudah banyak,” ujarnya dengan mimik serius.
Kontan saja, obsesinya untuk memburu sederet part dan aksesoris Hartge pun semakin membara. Varian 323 iS berwarna hitam dan 325 iS berwarna putih. Keduanya pun tampil identik. Mulai dari penggunaan velg Hartge dengan tipe dan ukuran yang sama, body kit Hartge lengkap dengan emblem-emblemnya.
Konsep single tuner pun tak berhenti sampai disitu. Untuk body kit Hartge misalnya, lagi-lagi Dade bak dinaungi dewi fortuna, lantaran teman komunitasnya menawarkan body kit Hartge asli untuk kedua E30-nya dengan harga yang reasonable. Konstruksinya yang add-on, maka proses pemasangan di tubuh E30 pun tak menemui kesulitan.
Hal yang sama juga merembet ke bagian kaki-kaki. Selain pemakaian velg Hartge, sokbreker Bilstein Sport dan per Bilstein dipilih untuk memperbaiki kualitas handling kedua ‘mainan’ langkanya ini. Untuk mendapatkannya memang tak mudah, lantaran stoknya kini bisa dibilang bisa dihitung dengan jari.
Lagi-lagi, atas info teman sekomunitasnya, satu set sokbreker dan per dapat ditemukan di salah satu sudut kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Pada bagian interior, eksklusivitas Hartge mulai memudar. Hal tersebut lebih dikarenakan Hartge bukanlah datang dari tuner yang melengkapi varian produknya hingga interior. Otomatis Dade hanya memercayakan pada sepasang jok Recaro Orthopaed tipe electric untuk E30 putihnya dan Recaro Modular untuk E30 hitam. Sementara untuk part interior lainnya, Dade lebih ingin tampil orisinil bak E30 coupe bawaan standar.
Setelah dua tahun lamanya berburu komponen Hartge, kini E30 miliknya terlihat nyaris sempurna. Uniknya, Dade memilih menyarungkan kedua E30 miliknya di rumah. “Untuk dibawa jalan hanya sesekali sajalah, karena gua masih punya 3 BMW lainnya untuk dibawa jalan-jalan juga,” candanya. Wow!(mobil.otomotifnet.com)
BUTUH KESABARAN TINGKAT TINGGI
Meski memiliki harga dan stok yang ‘gelap’, namun bukan aksesori Hartge sulit untuk ditemui. Namun jangan khawatir, karena kali ini redaksi akan memberikan bocoran seputar kisaran harga untuk aksesori Hartge dan yang berbau Euro retro lainnya yang tersedia di pasaran. Let’s cekidot!
1. Emblem Hartge Rp 350 ribu perpiece.
2. Velg Hartge 16x7 inci Rp 6 juta.
3. Body kit Hartge orisinil Rp 5,5 juta.
4. Jok Recaro Orthopaed Rp 10 juta.
5. Jok Recaro Modular Rp 7,5 juta.
6. Sokbreker Bilstein Sport Rp 4,8 juta per 4 piece.
7. Per Bilstein 2,5 juta.
BERAWAL DARI DIECAST
“Pas ngeliat di internet, saya melihat ada diecast E30 pake stripping Hartge Racing,” sahutnya. Striping Hartge Racing merupakan simbol dari partisipasi tuner pada balap touring di benua Eropa pada dekade 80-an dengan menggunakan E30.
Tanpa pikir panjang lagi, Dade pun langsung mengontak gerai Kurnia Motor, Duta Mas Fatmawati, Jakarta Selatan untuk membuat stiker yang mirip dengan Hartge Racing.
Modif BMW 323 IS 1983 & 325 IS 1985, Hartge Freakz
Jakarta - Dade memutuskan memburu varian E30 dua pintu ini lantaran faktor kelangkaannya. Siapa yang bisa menolak tubuh sintal dari sosok coupe-nya? Gua rasa sulit, dan begitu pun Dade. Namun beruntungnya, Dade berada pada komunitas yang tepat.
Kekuatan komunitas E30 Bavarian Transporter ternyata mampu memberikan titik terang bagi perburuannya selama ini. “Gua dapat kedua BMW ini dari teman di komunitas tersebut. Kondisinya bagus lagi,” tambahnya.
Asyiknya lagi, kedua E30 coupe ini ditebus dengan identitas Hartge pada tubuhnya. Yup, apalagi kalau bukan velg Hartge ukuran 16x7 inci yang timeless ini. “Gua pilih tuner Hartge karena sampai sekarang masih jarang yang pakai, beda dengan Alpina atau M-Technic yang sudah banyak,” ujarnya dengan mimik serius.
Kontan saja, obsesinya untuk memburu sederet part dan aksesoris Hartge pun semakin membara.
SPESIFIKASI E30 325 IS PUTIH
Custom stripping Hartge Racing, body kit Hartge, emblem Hartge, strutbar Hartge, velg Hartge 16x7 inci, ban Yokohama Advan Neova 205/50R16, sokbreker Bilstein Sport, per Bilstein, jok Recaro Orthopedi, setir M-Technic, head unit Blaupunkt New York.
Custom stripping Hartge Racing, body kit Hartge, emblem Hartge, strutbar Hartge, velg Hartge 16x7 inci, ban Yokohama Advan Neova 205/50R16, sokbreker Bilstein Sport, per Bilstein, jok Recaro Orthopedi, setir M-Technic, head unit Blaupunkt New York.
Konsep single tuner pun tak berhenti sampai disitu. Untuk body kit Hartge misalnya, lagi-lagi Dade bak dinaungi dewi fortuna, lantaran teman komunitasnya menawarkan body kit Hartge asli untuk kedua E30-nya dengan harga yang reasonable. Konstruksinya yang add-on, maka proses pemasangan di tubuh E30 pun tak menemui kesulitan.
Hal yang sama juga merembet ke bagian kaki-kaki. Selain pemakaian velg Hartge, sokbreker Bilstein Sport dan per Bilstein dipilih untuk memperbaiki kualitas handling kedua ‘mainan’ langkanya ini. Untuk mendapatkannya memang tak mudah, lantaran stoknya kini bisa dibilang bisa dihitung dengan jari.
Lagi-lagi, atas info teman sekomunitasnya, satu set sokbreker dan per dapat ditemukan di salah satu sudut kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat.
SPESIFIKASI E30 323 IS HITAM
Custom stripping Hartge Racing, body kit Hartge, emblem Hartge, strut bar Hartge, velg Hartge 16x7 inci, ban Yokohama Advan Neova 205/50R16, sokbreker Bilstein Sport, per Bilstein, jok Recaro Modular, setir M-Technic, head unit Pioneer
Custom stripping Hartge Racing, body kit Hartge, emblem Hartge, strut bar Hartge, velg Hartge 16x7 inci, ban Yokohama Advan Neova 205/50R16, sokbreker Bilstein Sport, per Bilstein, jok Recaro Modular, setir M-Technic, head unit Pioneer
Setelah dua tahun lamanya berburu komponen Hartge, kini E30 miliknya terlihat nyaris sempurna. Uniknya, Dade memilih menyarungkan kedua E30 miliknya di rumah. “Untuk dibawa jalan hanya sesekali sajalah, karena gua masih punya 3 BMW lainnya untuk dibawa jalan-jalan juga,” candanya. Wow!(mobil.otomotifnet.com)
BUTUH KESABARAN TINGKAT TINGGI
Meski memiliki harga dan stok yang ‘gelap’, namun bukan aksesori Hartge sulit untuk ditemui. Namun jangan khawatir, karena kali ini redaksi akan memberikan bocoran seputar kisaran harga untuk aksesori Hartge dan yang berbau Euro retro lainnya yang tersedia di pasaran. Let’s cekidot!
1. Emblem Hartge Rp 350 ribu perpiece.
2. Velg Hartge 16x7 inci Rp 6 juta.
3. Body kit Hartge orisinil Rp 5,5 juta.
4. Jok Recaro Orthopaed Rp 10 juta.
5. Jok Recaro Modular Rp 7,5 juta.
6. Sokbreker Bilstein Sport Rp 4,8 juta per 4 piece.
7. Per Bilstein 2,5 juta.
BERAWAL DARI DIECAST
“Pas ngeliat di internet, saya melihat ada diecast E30 pake stripping Hartge Racing,” sahutnya. Striping Hartge Racing merupakan simbol dari partisipasi tuner pada balap touring di benua Eropa pada dekade 80-an dengan menggunakan E30.
Tanpa pikir panjang lagi, Dade pun langsung mengontak gerai Kurnia Motor, Duta Mas Fatmawati, Jakarta Selatan untuk membuat stiker yang mirip dengan Hartge Racing.
nissan fairlady
Modifikasi Nissan Fairlady 350Z Cabriolet 2005
Modif Nissan Fairlady 350Z Cabriolet 2005, Shock Therapy
Jakarta - Sungguh, kali ini beda banget apa yang dilakukan Henry Vonda terhadap modifikasi yang dijalaninya ke sebuah mobil.
Damn! Awalnya gue juga enggak nyangka sama sekali! Siapa sih yang enggak kenal doi? Apalagi sebagai bos rumah modifikasi UFO-GR, Henry santer memodifikasi mobil-mobil ‘ajaib’ berperforma super.
Makanya, kali ini bisa gue bilang cukup mengejutkan! Bagaikan shock therapy, buat yang sebelumnya tahu siapa Henry selama ini.
“Hahaha, emang gue enggak terlalu maksain modif di mobil ini. Karena gue juga pengen kasih pengetahuan buat penyuka modif, bahwa enggak semua mobil punya potensi upgrade yang bagus. Terutama mesinnya,” ungkap Henry.
Yup, alasan modifikator ramping itu memang kuat. Pertama, terkait dengan populasi mobil 350Z Cabrio yang rare di Indonesia.
Ngaku aja, seberapa sering elu liat mobil kayak gini beredar di jalanan? Gue jamin, enggak ada yang berani klaim lebih dari 2 buah! Menurut info, untuk 350Z jenis ini di dalam negeri hanya beredar tak lebih dari 5 unit. Itu pun tersebar di berbagai daerah. “Makanya agak sayang kalo mau rombak abis-abisan,” kata Henry.
Dan sampai saat ini belum ada hardware aftermarket yang tersedia buat ganti parts internal transmisi bersangkutan. Sementara itu, sistem gerak RWD a.k.a roda belakang 350Z juga menambah keterbatasan fleksibilitas modifnya.
“Percuma mesin power-nya gede, tapi elu bakal susah bawanya. Soalnya ban pasti bakal spin terus, yang ujung-ujungnya kehilangan traksi,” sambungnya lagi.
Karena itu, dari awalnya ia memang berniat memiliki mobil ini sebagai mobil jalan-jalan. Apalagi dengan atapnya yang bisa terbuka, doi merasa beda dari kebanyakan mobil yang ada di jalanan sekarang.
“Gue main cantik aja pakein body kit dan velg,” cerocos Henry, sembari sebut nostalgia modifikasi jaman dulu waktu doi belum kepincut performa. “Toh jarang banget ada yang modif 350Z kayak begini,” klaimnya.
Makanya gue pilih dari Ings +1 aja. Lebih keren keliatannya,” alasan Henry mengenai pilihan cross brand body kit-nya. Sementara itu, stop lamp pun diganti versi facelift terbaru.
“Kalo aslinya warna merah semua, yang ini ada putihnya jadi keliatan lebih manis,” tambah modifikator yang baru saja memindahkan bengkelnya ke kawasan jalan RS. Fatmawati ini.
Tapi bukan lantas Henry meninggalkan akarnya sebagai penyuka kebut. Seenggaknya di Fairlady ini, doi memasang exhaust system produksi Nismo, yang cukup menambah tarikan mesin VQ35DE bawaan 350Z naik sekitar 5 HP.
Itu pun dipilih dengan prosesi pemasangan yang plug and play agar biar tak banyak merubah bumper-nya. “Walaupun cuma dikit nambahnya, yang penting penampilan juga keangkat. Karena Fairlady cabrio ini cuma pas buat jalan-jalan aja,” tutup Henry.
BEDA OFFSET
Langkah cerdik Henry berikut ini bisa elu tiru kalau mau bergaya ala GT-R R35. Yes, Henry mengadopsi velg supercar Jepang tersebut untuk dipakai ke Fairlady miliknya.
“Ukurannya 20x(9,5+10,5) inci dan bannya gue pakein Toyo Proxes4 255/35ZR20 dan 285/30ZR20,” terangnya.
As you know, Fairlady dan GT-R R35 punya PCD yang sama-sama 5/114,3. Maka bisa saling tukar velg, tapi karena beda offset (Fairlady punya offset 22 depan dan belakang, dan R35 offset 40 depan dan 22 belakang), jadi velg R35 agak nongol dari fender depan di Fairlady.
“Ini kebetulan velg R35 gue nganggur, jadinya gue pakein aja. Lagian keliatannya keren juga kok,” sebut Henry.
Oh ya, agar tampilannya lebih rendah, doi juga turut mengganti per dengan versi lowering kit lansiran RS*R. Kebetulan baru ini opsi yang ada buat Fairlady yang paling worthed. Diklaim bantingannya moderat dengan reduksi ketinggian hingga mencapai 2 jari.
STOP PRESS!
Seperti yang sudah disebut di atas, Henry baru saja memindahkan bengkelnya dari jalan Margasatwa (Warung Buncit) ke jalan RS Fatmawati no. 53, Jakarta Selatan. “Tempatnya pas di perempatan Citos (Cilandak Town Square),” lantang Henry.
Di tempat baru ini, Henry memiliki tanah yang lebih luas dan memiliki 2 divisi pelayanan. UFO 1 untuk branding masalah body repair dan Garage-R buat divisi performance. Sebagaimana sebelumnya, doi juga didukung tuner luar seperti Lester Wong dari Singapura perihal teknis upgarde mesin.
“Gue akan stok barang-barang performa untuk hampir semua mobil sport Jepang yang ada. Dengan gitu, kastemer enggak perlu lama lagi inden kalo mau upgrade mesinnya,” promosi Henry.(mobil.otomotifnet.com)
RUMAH MODIFIKASI
UFO-GR, Fatmawati, Jakarta Selatan
Damn! Awalnya gue juga enggak nyangka sama sekali! Siapa sih yang enggak kenal doi? Apalagi sebagai bos rumah modifikasi UFO-GR, Henry santer memodifikasi mobil-mobil ‘ajaib’ berperforma super.
Makanya, kali ini bisa gue bilang cukup mengejutkan! Bagaikan shock therapy, buat yang sebelumnya tahu siapa Henry selama ini.
“Hahaha, emang gue enggak terlalu maksain modif di mobil ini. Karena gue juga pengen kasih pengetahuan buat penyuka modif, bahwa enggak semua mobil punya potensi upgrade yang bagus. Terutama mesinnya,” ungkap Henry.
Yup, alasan modifikator ramping itu memang kuat. Pertama, terkait dengan populasi mobil 350Z Cabrio yang rare di Indonesia.
Ngaku aja, seberapa sering elu liat mobil kayak gini beredar di jalanan? Gue jamin, enggak ada yang berani klaim lebih dari 2 buah! Menurut info, untuk 350Z jenis ini di dalam negeri hanya beredar tak lebih dari 5 unit. Itu pun tersebar di berbagai daerah. “Makanya agak sayang kalo mau rombak abis-abisan,” kata Henry.
Lantas poin berikutnya, datang dari usungan teknis 350Z yang kurang mendukung terhadap potensi modifikasi kelas berat. “Versi yang gue punya ini transmisinya matik CVT, jadi kalo ditambah turbo, pasti transmisi bakal jebol enggak karuan,” ulas Henry.
Dan sampai saat ini belum ada hardware aftermarket yang tersedia buat ganti parts internal transmisi bersangkutan. Sementara itu, sistem gerak RWD a.k.a roda belakang 350Z juga menambah keterbatasan fleksibilitas modifnya.
“Percuma mesin power-nya gede, tapi elu bakal susah bawanya. Soalnya ban pasti bakal spin terus, yang ujung-ujungnya kehilangan traksi,” sambungnya lagi.
Karena itu, dari awalnya ia memang berniat memiliki mobil ini sebagai mobil jalan-jalan. Apalagi dengan atapnya yang bisa terbuka, doi merasa beda dari kebanyakan mobil yang ada di jalanan sekarang.
“Gue main cantik aja pakein body kit dan velg,” cerocos Henry, sembari sebut nostalgia modifikasi jaman dulu waktu doi belum kepincut performa. “Toh jarang banget ada yang modif 350Z kayak begini,” klaimnya.
Maka doi pun memasang body kit Nismo pada bumper depan dan lansiran Ings +1 untuk side skirt serta bumper belakang. “Gue pribadi sih enggak suka kalo dibuat full Nismo, soalnya side skirt sama bumper belakangnya kurang bagus.
Makanya gue pilih dari Ings +1 aja. Lebih keren keliatannya,” alasan Henry mengenai pilihan cross brand body kit-nya. Sementara itu, stop lamp pun diganti versi facelift terbaru.
“Kalo aslinya warna merah semua, yang ini ada putihnya jadi keliatan lebih manis,” tambah modifikator yang baru saja memindahkan bengkelnya ke kawasan jalan RS. Fatmawati ini.
Tapi bukan lantas Henry meninggalkan akarnya sebagai penyuka kebut. Seenggaknya di Fairlady ini, doi memasang exhaust system produksi Nismo, yang cukup menambah tarikan mesin VQ35DE bawaan 350Z naik sekitar 5 HP.
Itu pun dipilih dengan prosesi pemasangan yang plug and play agar biar tak banyak merubah bumper-nya. “Walaupun cuma dikit nambahnya, yang penting penampilan juga keangkat. Karena Fairlady cabrio ini cuma pas buat jalan-jalan aja,” tutup Henry.
Langkah cerdik Henry berikut ini bisa elu tiru kalau mau bergaya ala GT-R R35. Yes, Henry mengadopsi velg supercar Jepang tersebut untuk dipakai ke Fairlady miliknya.
“Ukurannya 20x(9,5+10,5) inci dan bannya gue pakein Toyo Proxes4 255/35ZR20 dan 285/30ZR20,” terangnya.
As you know, Fairlady dan GT-R R35 punya PCD yang sama-sama 5/114,3. Maka bisa saling tukar velg, tapi karena beda offset (Fairlady punya offset 22 depan dan belakang, dan R35 offset 40 depan dan 22 belakang), jadi velg R35 agak nongol dari fender depan di Fairlady.
“Ini kebetulan velg R35 gue nganggur, jadinya gue pakein aja. Lagian keliatannya keren juga kok,” sebut Henry.
Oh ya, agar tampilannya lebih rendah, doi juga turut mengganti per dengan versi lowering kit lansiran RS*R. Kebetulan baru ini opsi yang ada buat Fairlady yang paling worthed. Diklaim bantingannya moderat dengan reduksi ketinggian hingga mencapai 2 jari.
STOP PRESS!
Seperti yang sudah disebut di atas, Henry baru saja memindahkan bengkelnya dari jalan Margasatwa (Warung Buncit) ke jalan RS Fatmawati no. 53, Jakarta Selatan. “Tempatnya pas di perempatan Citos (Cilandak Town Square),” lantang Henry.
Di tempat baru ini, Henry memiliki tanah yang lebih luas dan memiliki 2 divisi pelayanan. UFO 1 untuk branding masalah body repair dan Garage-R buat divisi performance. Sebagaimana sebelumnya, doi juga didukung tuner luar seperti Lester Wong dari Singapura perihal teknis upgarde mesin.
“Gue akan stok barang-barang performa untuk hampir semua mobil sport Jepang yang ada. Dengan gitu, kastemer enggak perlu lama lagi inden kalo mau upgrade mesinnya,” promosi Henry.(mobil.otomotifnet.com)
RUMAH MODIFIKASI
UFO-GR, Fatmawati, Jakarta Selatan
chevrrolet camaro
Modifikasi Chevrolet Camaro SS 2010
Sebelum lebih jauh, cerita kesuksesan film sci-fi action Transformers (remake animasi The Transformers: The Movie) buatan Paramount Pictures yang juga berasal dari United States, berhasil membuat Chevrolet Camaro sangat identik dengan tokoh Bumblebee. Dimana disebutkan, Bumblebee sendiri adalah tokoh robot periang nan spesial, yang bisa berubah menjadi sebuah Camaro dalam penyamarannya. Michael Bay sang sutradara, dinilai berhasil mengemas perubahan karakter Bumblebee ini untuk lebih Amerika. As you know, naskah asli Transformers menyebut bahwa tokoh berwarna kuning ini sebelumnya ber-basic sebuah Goldbug atau VW kodok.
“Terus terang, waktu itu pengen banget punya Camaro itu (Bumblebee, Red). Keren banget diliatnya dan enggak ada yang punya di sini. Lalu enggak taunya, bokap langsung beli mobil itu, senang banget,” bilang Dhinadro dengan sumringah. Tapi obsesinya memiliki Camaro, kian menjulang tatkala imbuhan Velg Vellano VST ukuran 24x(9+10) inci, sukses mentransformasikan tampilan mobil kesayangannya itu jadi lebih sedap dipandang. Dan ini menjadi debut!
Camaro sendiri punya PCD yang mirip kayak BMW, yakni 5/120. Vellano ini pun dipesan custom sebagaimana opsi di gerai virtualnya. Selain penyesuaian fitting untuk mencapai keakuratan pemasangan, pemilihan warna kuning yang sama dengan bodi juga jadi pertimbangan. Namun ada fakta menarik perihal roda upgrade ini. Selain lagi-lagi berbau Amerika, “Pasangan (velg) Vellano dan (ban) Toyo Proxes-nya lebih ringan daripada velg dan ban bawaan Camaro,” klaim Wibowo Santosa dari Permaisuri. Padahal velg bawaannya hanya berukuran 20 inci.
Lagipula, “Velgnya pas banget sama fender dan enggak ada mentok. Dibawa belok lebih enak soalnya bannya lebih lebar. Tapi memang bantingannya agak keras,” ungkap Dhiandro yang pehobi basket ini. Karena itu diakuinya, harus ada perbedaan perlakuan ketika mengemudikannya. “Sekarang gue mesti pelan-pelan dan hati-hati kalo bawa jalan. Soalnya, kalo masuk lubang sedikit aja, rasanya sayang banget ke velg,” sambungnya. Tak beralasan mengingat Vellano ini senilai dengan US $ 8.800. So, what we can say? (mobil.otomotifnet.com)
Untuk urusan sistem pembuangan, Dhiandro memanfaatkan exhaust system keluaran Borla. Amerika? Tentu saja! Menariknya, yang dipakai pemuda 17 tahun ini adalah perangkat knalpot keluaran terbaru tipe ‘Touring’, yang menurut klaim pabrikannya mengadopsi unsur balap namun dengan suara yang lebih kalem. “Lumayan buat nambah tarikan. Suaranya oke, tapi enggak berisik,” kata Dhiandro yang berniat untuk meneruskan kuliah ke US ini.
Sepaketnya sudat termasuk mid pipe sampai double muffler di buritan. Terbuat dari austenitic stanless-steel berkualitas tinggi untuk menjamin kualitasnya. Model knalpot ini adalah hasil pengembangan insinyur-insinyur Borla bekerja-sama dengan bagian research and development GM Holden di Australia, yang merupakan tim pembuat Camaro terbaru ini. Jadi bisa ditebak, semua spesifikasinya disesuaikan dengan Camaro, termasuk pemasangan yang plug and play.
Modif Chevrolet Camaro SS 2010, The Bumblebee Story
Jakarta - Bercerita tentang Camaro, tentu tak lepas dari unsur kedigdayaan negeri Paman Sam. Salah satunya bisa diwakilkan dari sempalan lirik lagu berjudul Wishlist Lyric besutan band Pearl Jam asal Seattle Amerika Serikat, yang memandang Camaro tak hanya sekadar mobil. Namun punya nilai sentimentil lebih jauh untuk dicintai, lewat lirik berbunyi ‘I wish I was the fool moon shining off a camaro’s hood…”. Tak terkecuali pada generasi kelima (mutakhir), atau yang dijuluki Bumblebee ini.
Sebelum lebih jauh, cerita kesuksesan film sci-fi action Transformers (remake animasi The Transformers: The Movie) buatan Paramount Pictures yang juga berasal dari United States, berhasil membuat Chevrolet Camaro sangat identik dengan tokoh Bumblebee. Dimana disebutkan, Bumblebee sendiri adalah tokoh robot periang nan spesial, yang bisa berubah menjadi sebuah Camaro dalam penyamarannya. Michael Bay sang sutradara, dinilai berhasil mengemas perubahan karakter Bumblebee ini untuk lebih Amerika. As you know, naskah asli Transformers menyebut bahwa tokoh berwarna kuning ini sebelumnya ber-basic sebuah Goldbug atau VW kodok.
Namun karena remake versi kartun, akhirnya film ini menghabiskan biaya jutaan dollar. Ini karena penerapan teknologi digital canggih ke dalam film, yang disebut-sebut sebagai yang paling mutakhir saat ini. Maka tak heran, pada akhirnya membius banyak penonton seperti Dhiandro Edwin, yang ingin memiliki sebuah Bumblebee selayaknya Sam Witwicky (tokoh utama manusia dalam film Transformers).
“Gue waktu itu agak bingung juga cari velg yang pas buat sesuaikan sama catnya yang kuning. Akhirnya karena Vellano bisa custom di warna-warna, akhirnya pilih yang itu aja,” jelas Dhiandro yang mengaku memilih berdua dengan sang ayah.
Camaro sendiri punya PCD yang mirip kayak BMW, yakni 5/120. Vellano ini pun dipesan custom sebagaimana opsi di gerai virtualnya. Selain penyesuaian fitting untuk mencapai keakuratan pemasangan, pemilihan warna kuning yang sama dengan bodi juga jadi pertimbangan. Namun ada fakta menarik perihal roda upgrade ini. Selain lagi-lagi berbau Amerika, “Pasangan (velg) Vellano dan (ban) Toyo Proxes-nya lebih ringan daripada velg dan ban bawaan Camaro,” klaim Wibowo Santosa dari Permaisuri. Padahal velg bawaannya hanya berukuran 20 inci.
Ini karena Vellano terbuat dari bahan dasar aluminium T6 6061 berkontruksi 3-pieces yang jauh lebih ringan dan kuat. Dimana bahan ini pula yang dipakai untuk membuat bodi pesawat udara. Akibatnya, kenaikan 4 inci dari bawaan pun tak berpengaruh banyak ke soal performa mesin LS3 V8 6.2 liter (376 ci) 426 HP bawaan Camaro.
Lagipula, “Velgnya pas banget sama fender dan enggak ada mentok. Dibawa belok lebih enak soalnya bannya lebih lebar. Tapi memang bantingannya agak keras,” ungkap Dhiandro yang pehobi basket ini. Karena itu diakuinya, harus ada perbedaan perlakuan ketika mengemudikannya. “Sekarang gue mesti pelan-pelan dan hati-hati kalo bawa jalan. Soalnya, kalo masuk lubang sedikit aja, rasanya sayang banget ke velg,” sambungnya. Tak beralasan mengingat Vellano ini senilai dengan US $ 8.800. So, what we can say? (mobil.otomotifnet.com)
HASIL KERJASAMA TIM PEMBUAT CAMARO
Untuk urusan sistem pembuangan, Dhiandro memanfaatkan exhaust system keluaran Borla. Amerika? Tentu saja! Menariknya, yang dipakai pemuda 17 tahun ini adalah perangkat knalpot keluaran terbaru tipe ‘Touring’, yang menurut klaim pabrikannya mengadopsi unsur balap namun dengan suara yang lebih kalem. “Lumayan buat nambah tarikan. Suaranya oke, tapi enggak berisik,” kata Dhiandro yang berniat untuk meneruskan kuliah ke US ini.
masda 2
Modifikasi Mazda2 2010
Supaya aroma racing makin kental, Aryo melapis bodi putihnya dengan sticker berbahan Oracal warna kuning. “Semua dikerjakan di Wien’s sticker Pluit, paling susah sih pas masang di bagian bumper depan. Soalnya banyak lekukan dan juga lubang-lubang, karena gue maunya semua tanpa sambungan,” ujar pria murah senyum ini.
50 JUTA SAJA
Di sektor kaki-kaki, Aryo memasangkan satu set coilover Tanabe Sustec Pro yang dibelinya seharga Rp 11,8 juta yang bisa di-adjust sampai mobil nempel tanah. “Kalau sehari-hari gue selalu di posisi tertinggi, soalnya takut enggak bisa masuk komplek rumah,” ujarnya. Urusan penghenti laju juga dipikirkan oleh Aryo. Sepasang brake kit dari Wilwood seharga Rp 13,5 juta disematkan di kaki-kaki depan. “Pasangnya tinggal bikin bracket dari bahan besi untuk dudukan kalipernya, biaya pasangnya sekitar Rp 1,5 juta di bengkel Rosella Pluit,” Tambah Aryo.
Terakhir, pilihan velg jatuh pada Work Emotion 17x7,5 inci.yang dibeli langsung dari Jepang. “Pas ada temen yang mau masukin, gue nitip velg ini yang seharga Rp 14 juta, untuk bannya gue pake Achilles ukuran 205/40R17,” ujar cowok yang hobinya jalan-jalan ini.
STAGE ONE
Walaupun tampilan luar sudah sangar, namun tidak banyak perubahan dari sektor mesin, Aryo hanya mengganti open air filter kit buatan GReddy, selain itu untuk memperbesar api pembakaran, busi diganti dengan NGK Iridium. Untuk menstabilkan tegangan listrik dipasangkan ground wire dari HKS. Terakhir, muffler GReddy Titanium Beat Max untuk Mazda2 yang langsung plug and play. “Untuk mesin gue sengaja belum mau porting polish, soalnya masih nunggu turbo kitnya,” tutup Aryo.
SPESIFIKASI
Velg Work Emotion XD9 17x 7,5 inci offset 42, ban Achilles ATR Sport 205/40R17, lugnut brake kit Wilwood 4 pot, coilover Tanabe Sustec Pro, strut bar Tanabe, body kit custom, engine hood carbon, side mirror carbon, rear diffuser carbon, roof spoiler carbon, open air kit GReddy Trust + air box intake, HKS ground wire, busi NGK Iridium, HID 3000K Autovision
Modif Mazda2 2010, Pilot Project
Jakarta - Menurut kami, Mazda2 ini bisa jadi pilot project untuk pemilik Mazda2 lainnya, lihat saja apa yang dilakukan Aryo Yogisworo pada Mazda2-nya. Menganut gaya racing, Aryo mendandani Mazda2 mulai dari body kit yang dipesan khusus dari bengkel Signal Auto Bandung. “Saat mobil gue dateng bulan Agustus kemarin, langsung gue kirim ke bengkel untuk dibuatkan body kit dengan pengerjaan kurang lebih 2,5 bulan,” ungkap Aryo panggilan akrabnya.
Aryo sengaja buat body kit-nya tidak mengikuti gaya dari Mazda Speed. "Jadi bengkel Signal memang gue minta untuk bikinin body kit khusus di Mazda2 gue, jadi engga bakal ada yang nyamain karena gue enggak suka yang pasaran,” tambahnya. Untuk itu semua, Aryo harus merogoh kantong sebesar Rp 27,7 juta untuk menebus body kit dan juga panel carbon yang terdiri dari engine hood, side mirror cover, rear diffuser dan juga roof spoiler.
Supaya aroma racing makin kental, Aryo melapis bodi putihnya dengan sticker berbahan Oracal warna kuning. “Semua dikerjakan di Wien’s sticker Pluit, paling susah sih pas masang di bagian bumper depan. Soalnya banyak lekukan dan juga lubang-lubang, karena gue maunya semua tanpa sambungan,” ujar pria murah senyum ini.
Untuk satu bodi penuh, Mazda2 ini menghabiskan bahan sekitar 30 meter dan biaya Rp 3,5 juta. Tapi itu belum termasuk sticker dry carbon di bagasi yang butuh biaya Rp 400 ribu. Salah satu Mazda2 yang dapat menjadi inspirasi pemilik Mazda2 lainnya. Ada yang mau menyusul? (mobil.otomotifnet.com)
Di sektor kaki-kaki, Aryo memasangkan satu set coilover Tanabe Sustec Pro yang dibelinya seharga Rp 11,8 juta yang bisa di-adjust sampai mobil nempel tanah. “Kalau sehari-hari gue selalu di posisi tertinggi, soalnya takut enggak bisa masuk komplek rumah,” ujarnya. Urusan penghenti laju juga dipikirkan oleh Aryo. Sepasang brake kit dari Wilwood seharga Rp 13,5 juta disematkan di kaki-kaki depan. “Pasangnya tinggal bikin bracket dari bahan besi untuk dudukan kalipernya, biaya pasangnya sekitar Rp 1,5 juta di bengkel Rosella Pluit,” Tambah Aryo.
Terakhir, pilihan velg jatuh pada Work Emotion 17x7,5 inci.yang dibeli langsung dari Jepang. “Pas ada temen yang mau masukin, gue nitip velg ini yang seharga Rp 14 juta, untuk bannya gue pake Achilles ukuran 205/40R17,” ujar cowok yang hobinya jalan-jalan ini.
STAGE ONE
Walaupun tampilan luar sudah sangar, namun tidak banyak perubahan dari sektor mesin, Aryo hanya mengganti open air filter kit buatan GReddy, selain itu untuk memperbesar api pembakaran, busi diganti dengan NGK Iridium. Untuk menstabilkan tegangan listrik dipasangkan ground wire dari HKS. Terakhir, muffler GReddy Titanium Beat Max untuk Mazda2 yang langsung plug and play. “Untuk mesin gue sengaja belum mau porting polish, soalnya masih nunggu turbo kitnya,” tutup Aryo.
SPESIFIKASI
Velg Work Emotion XD9 17x 7,5 inci offset 42, ban Achilles ATR Sport 205/40R17, lugnut brake kit Wilwood 4 pot, coilover Tanabe Sustec Pro, strut bar Tanabe, body kit custom, engine hood carbon, side mirror carbon, rear diffuser carbon, roof spoiler carbon, open air kit GReddy Trust + air box intake, HKS ground wire, busi NGK Iridium, HID 3000K Autovision
nissan gtr
Modifikasi Nissan GT-R 2008
Awalnya karena alasan fungsionalitas, Michael lebih memilih GT-R ketimbang deretan supercar eksotis lainnya. Dengan karakter yang tak merepotkan di kala dibawa harian dan harga yang cukup reasonable, membuat Michael tak ragu untuk membawa pulang supercar hasil rancangan Kazutoshi Mizuno ini. Tak ada obsesi meledak-ledak untuk memeras setiap tetes performa mesin berkode VR38DETT.
Pemasangan ECU dari Cobb Tuning yang dinilai cukup ampuh untuk membuat nafas GT-R menjadi lebih ringan dan panjang. Dengan tuning ulang oleh GTC Performance, cukup dengan melepas limiter pada ECU, maka GTR mampu mengeluarkan peningkatan performa yang cukup signifikan.
Tenaga standar sebesar 480 HP pun melonjak drastis hingga mencapai 530 HP dengan hanya memoles ’otak’ mesinnya. ”Selain untuk melepas limiter, tuning ECU juga dilakukan untuk mendapatkan power peak yang lebih maksimal pada setiap putaran mesin, efeknya cukup signifikan kan?,” senyum pria yang baru saja menetap di Indonesia setelah menamatkan kualiahnya di negeri Paman Sam ini.
Proses merevisi performa GT-R belum berhenti sampai disitu tentunya. Untuk memberikan respon lebih tajam, pemakaian intake Akuma dengan lapisan yang telah dipolish pada intake manifold-nya, mampu memberikan flow bahan bakar yang lebih baik bagi keenam injektor
Sebagai muara dari proses daily used tuning yang dilakukan Michael, exhaust set GT-R tetap menjadi perhatian utama baginya. Seperti pada kombinasi downpipe GTC Performance, midpipe Harman Motive dan catback HKS Ti Spec R yang diyakini mampu meminimalisir hambatan flow gas buang.
Terlebih semua komponen exhaust tersebut menggunakan material titanium untuk memberikan pengurangan bobot yang cukup memberikan efek pada nafas GT-R sehingga menjadi lebih ringan dan sigap di setiap putaran mesin. ”Beda banget, kalau catback standar GT-R harus dua orang bawanya, sekarang cukup diangkat satu tangan saja,” ujar lajang yang berdomisili di daerah Fatmawati, Jakarta Selatan ini.
FYI, kombinasi catback HKS Ti Spec R dan midpipe Harman Motive mendapatkan catatan tersendiri bagi pencinta dan pemilik GT-R yang tergabung dalam r35forums.com, lantaran memiliki suara yang masih cukup ’merdu’ untuk sekelas material exhaust titanium yang terkenal berisik dan berpotensi melanggar hukum akibat mengganggu kenyamanan di beberapa negara.
NICE FITMENT!
Ada beberapa hal yang mengganggu benak pemilik GT-R ketika berniat mengganti velg standarnya. Mulai dari resiko terganggunya sistem elektrikal pada kaki-kaki, hingga peringantan sensor tire pressure monitor yang kerap mengganggu. Namun rupanya, kekhawatiran tersebut mampu dijawab oleh Michael dengan praktis. Yup, cukup dengan menggunakan velg aftermarket dengan ukuran yang sama dengan velg standarnya, yakni 20 inci.
Awalnya, Michael melakukan pengamatan tentang velg yang pas untuk GT-R-nya. Pilihannya jatuh pada velg Volk Racing G2. Selain diklaim tak akan membawa pengaruh negatif pada konstruksi maupun peranti elektronis pada kaki-kaki GT-R, velg palang 6 berkonstruksi one piece forged ini memiliki tampilan yang klop dengan postur tubuh GT-R.
”Desainnya pas karena desain GT-R cukup unik, kalau salah pilih velg bisa kacau tampilannya,” terangnya. Velg berfinishing gloss black ini memiliki konstruksi lebih lebar, yakni 10 inci di depan dan 11 inci untuk belakang sehingga membuat fitment pada tubuh GT-R menjadi terlihat lebih padat dibalik keempat fendernya.
Spesifikasi :
ECU Cobb Tuning & retuning by GTC Performance, intake Akuma, catback HKS Ti Spec R, midpipe Harman Motive, downpipe GTC Performance, injektor Dynamics 1.000 cc/menit, blow off valve HKS, custom reservoir tank RD-GR, rotor AP Racing J Hook, brake pad Endless, velg Volk Racing G2 20x(10+11) inci, per Swift, custom lime green Brembo caliper, side grille Rexpeed carbon, custom backlamp conversion
Rumah Modifikasi :
RD-GR, Puri Kembangan, Jakarta Barat
Modif Nissan GT-R 2008, Black Episode
Jakarta - Nissan GT-R dalam balutan warna hitam ini berpotensi untuk memompa adrenalin siapapun yang berkesempatan untuk duduk di balik kemudinya. Bukan lantaran memiliki power extra besar yang digunakan untuk mengintimidasi ’korban’ di jalan bebas hambatan, namun lebih kepada ubahan yang smart dan strategis untuk mendapatkan performa gokil. Meski masih menggunakan turbo bawaan, namun lewat beberapa sentuhan ringan, GT-R hitam ini tetap mampu memberikan ’serangan’ terbaiknya.
Awalnya karena alasan fungsionalitas, Michael lebih memilih GT-R ketimbang deretan supercar eksotis lainnya. Dengan karakter yang tak merepotkan di kala dibawa harian dan harga yang cukup reasonable, membuat Michael tak ragu untuk membawa pulang supercar hasil rancangan Kazutoshi Mizuno ini. Tak ada obsesi meledak-ledak untuk memeras setiap tetes performa mesin berkode VR38DETT.
Namun sebaliknya, Michael menginginkan performa yang natural dan bisa bersahabat ketika dibawa harian. ”Gue masih belum kepikiran untuk ubahan seperti ganti turbo atau yang menyentuh mesin, takut karakternya berubah drastis dan ujung-ujungnya enggak bisa dinikmati,” sahutnya. Sehingga, setiap ubahan pun dipikirkan dengan matang.
Pemasangan ECU dari Cobb Tuning yang dinilai cukup ampuh untuk membuat nafas GT-R menjadi lebih ringan dan panjang. Dengan tuning ulang oleh GTC Performance, cukup dengan melepas limiter pada ECU, maka GTR mampu mengeluarkan peningkatan performa yang cukup signifikan.
Tenaga standar sebesar 480 HP pun melonjak drastis hingga mencapai 530 HP dengan hanya memoles ’otak’ mesinnya. ”Selain untuk melepas limiter, tuning ECU juga dilakukan untuk mendapatkan power peak yang lebih maksimal pada setiap putaran mesin, efeknya cukup signifikan kan?,” senyum pria yang baru saja menetap di Indonesia setelah menamatkan kualiahnya di negeri Paman Sam ini.
Untuk mendapatkan settingan ECU yang pas dengan kondisi GT-R di Indonesia memang tak mudah. Michael pun hingga berkali-kali mengirim ulang output ECU ke GTC Performance yang teletak di Inggris ini. Hal tersebut dikarenakan Michael menginginkan karakter GT-R-nya fleksibel dengan kualitas bahan bakar dan cuaca di Indonesia.
Proses merevisi performa GT-R belum berhenti sampai disitu tentunya. Untuk memberikan respon lebih tajam, pemakaian intake Akuma dengan lapisan yang telah dipolish pada intake manifold-nya, mampu memberikan flow bahan bakar yang lebih baik bagi keenam injektor
Dynamics yang mampu memasok 1.000 cc bensin setiap menitnya. “Penggantian injektor dan intake buat gue sudah cukup untuk membuat GT-R menjadi lebih galak. Respon mesin pun terasa nurut dengan bukaan gas sedikit saja,” tambahnya.
Sebagai muara dari proses daily used tuning yang dilakukan Michael, exhaust set GT-R tetap menjadi perhatian utama baginya. Seperti pada kombinasi downpipe GTC Performance, midpipe Harman Motive dan catback HKS Ti Spec R yang diyakini mampu meminimalisir hambatan flow gas buang.
Terlebih semua komponen exhaust tersebut menggunakan material titanium untuk memberikan pengurangan bobot yang cukup memberikan efek pada nafas GT-R sehingga menjadi lebih ringan dan sigap di setiap putaran mesin. ”Beda banget, kalau catback standar GT-R harus dua orang bawanya, sekarang cukup diangkat satu tangan saja,” ujar lajang yang berdomisili di daerah Fatmawati, Jakarta Selatan ini.
FYI, kombinasi catback HKS Ti Spec R dan midpipe Harman Motive mendapatkan catatan tersendiri bagi pencinta dan pemilik GT-R yang tergabung dalam r35forums.com, lantaran memiliki suara yang masih cukup ’merdu’ untuk sekelas material exhaust titanium yang terkenal berisik dan berpotensi melanggar hukum akibat mengganggu kenyamanan di beberapa negara.
Hasil dari ubahan strategis ini pun berbuah manis. Tanpa menyentuh turbo dan mesin, namun GT-R hitam ini mampu menyemburkan tenaga hingga 560 WHP pada sesi dynotest di sebuah kontes yang berlangsung akhir tahun lalu. Cukup untuk menggetarkan nyali pemilik supercar lainnya ketika bertemu di jalanan. ”Sampai tahap ini, ubahan mesin gue anggap cukup, enggak tau deh kalau terpikirkan untuk meningkatkan performanya lagi nanti,” canda Michael.
NICE FITMENT!
Ada beberapa hal yang mengganggu benak pemilik GT-R ketika berniat mengganti velg standarnya. Mulai dari resiko terganggunya sistem elektrikal pada kaki-kaki, hingga peringantan sensor tire pressure monitor yang kerap mengganggu. Namun rupanya, kekhawatiran tersebut mampu dijawab oleh Michael dengan praktis. Yup, cukup dengan menggunakan velg aftermarket dengan ukuran yang sama dengan velg standarnya, yakni 20 inci.
Awalnya, Michael melakukan pengamatan tentang velg yang pas untuk GT-R-nya. Pilihannya jatuh pada velg Volk Racing G2. Selain diklaim tak akan membawa pengaruh negatif pada konstruksi maupun peranti elektronis pada kaki-kaki GT-R, velg palang 6 berkonstruksi one piece forged ini memiliki tampilan yang klop dengan postur tubuh GT-R.
”Desainnya pas karena desain GT-R cukup unik, kalau salah pilih velg bisa kacau tampilannya,” terangnya. Velg berfinishing gloss black ini memiliki konstruksi lebih lebar, yakni 10 inci di depan dan 11 inci untuk belakang sehingga membuat fitment pada tubuh GT-R menjadi terlihat lebih padat dibalik keempat fendernya.
Spesifikasi :
ECU Cobb Tuning & retuning by GTC Performance, intake Akuma, catback HKS Ti Spec R, midpipe Harman Motive, downpipe GTC Performance, injektor Dynamics 1.000 cc/menit, blow off valve HKS, custom reservoir tank RD-GR, rotor AP Racing J Hook, brake pad Endless, velg Volk Racing G2 20x(10+11) inci, per Swift, custom lime green Brembo caliper, side grille Rexpeed carbon, custom backlamp conversion
Rumah Modifikasi :
RD-GR, Puri Kembangan, Jakarta Barat
renault 18 TL
Modifikasi Renault 18 TL 1984
Modif Renault 18 TL 1984, Camaro wannabe
Langganan:
Postingan (Atom)